Ketika Ayah pulang dari sekolah, saya yang masih berusia TK harus datang menemui Ayah terlebih dahulu. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setelah Ayah selesai pertemuan di rumah, saya menyambutnya di depan rumah dan beranda depan. Ayah datang dengan memakai jas dan saya disuruh untuk memakai sepatu karena ada tamu. Saya pun menyapa Ayah dengan riang gembira.
Bung Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di sebuah rumah kayu tingkat 2 di Bukittinggi dengan nama Muhammad attar yang kelak lebih dikenal sebagai Muhammad Hatta. Beliau berasal dari keluarga terpandang, yaitu keluarga pemuka agama dan saudagar. Latar belakang keluarga besar Bung Hatta memudahkan beliau untuk memasuki akses sekolah Belanda, yang pada zaman kolonial hanya dapat dimasuki oleh orang Belanda, orang kaya, atau anak pegawai pemerintah.
Masa kecil Bung Hatta dihabiskan dengan belajar dan mengaji. Meskipun begitu, ia tetap menikmati masa kecilnya dengan riang gembira dan suka bermain sepak bola. Bahkan, Bung Hatta bergabung dengan klub sepak bola bernama Fellow di tim kesebelasan itu, Ia dikenal sebagai gelandang tengah yang lihai.
Saat masih muda, Bung Hatta menempuh studi di Rotterdamse Handle School di Belanda, sebuah sekolah ekonomi bergengsi pada saat itu. Selama 11 tahun tinggal di Belanda, Bung Hatta aktif dalam organisasi politik bernama Indische Parenkim, yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Melalui aktivitas di organisasi ini, Bung Hatta bersama dengan rekan-rekannya mulai memberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Bung Hatta merupakan seorang penulis yang tajam. Tulisan-tulisannya dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda, sehingga ia pernah ditahan selama lima setengah bulan. Meskipun sudah kembali ke Indonesia pada tahun 1932, perhatian pemerintah kolonial tetap tertuju padanya. Bung Hatta bahkan diasingkan ke Boven Digul pada tahun 1935.
Sepanjang hidupnya, Bung Hatta selalu memiliki keinginan untuk terus belajar. Ia memiliki kecintaan yang besar terhadap buku dan tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain. Daripada menjadi pegawai pemerintah kolonial, Bung Hatta memilih untuk ikut berjuang memerdekakan Indonesia bersama Bung Karno dan para pejuang lainnya.
Walaupun berasal dari keluarga terpandang, hal ini tidak membuat Bung Hatta merasa lebih tinggi dari orang-orang di sekitarnya. Ia selalu menghormati nasehat orang tuanya dan mengembangkan diri. Bung Hatta bahkan menikahi Rahmi setelah Indonesia merdeka dan memberikannya mas kawin berupa buku alam pikiran Yunani yang ditulisnya sendiri.
Bung Hatta terus berjuang di perjalanan hidupnya dan memberikan sumbangsih yang besar bagi bangsa Indonesia. Ketekunan, ketabahan, dan semangatnya untuk belajar selalu diingat oleh generasi penerusnya. Pintu kemerdekaan yang dibuka oleh Bung Hatta akan selalu dihormati dan diingat oleh seluruh rakyat Indonesia.
Terima kasih Ayah, atas perjuanganmu dalam membuat Indonesia menjadi negara yang berdaulat. Kini, Indonesia terus berkembang maju di segala bidang, berkat perjuangan dan visi Bung Hatta serta para pemimpin lainnya.
Leave a Comment