Ini adalah kisah Bagaimana perjalanan seorang anak muda biasa dan pertemuannya dengan seorang ilmuwan terkenal dapat menuntunnya mengukir salah satu sejarah terbesar dalam dunia science
Diawali dari daerah perbukitan terpencil di Inggris, keluarga Faraday akhirnya mencari peruntungan ke London. Namun, seperti diabaikan oleh dunia, kondisi mereka tidak semakin membaik.
Kesehatan Ayo Faraday yang memburuk dan terjadinya krisis pangan memaksa mereka untuk terus bertahan hidup hanya dengan satu papan roti per orang dalam seminggunya. Karena ketidakmampuan Faraday menembus sekolah, akhirnya ia pun harus ikut bekerja untuk membantu keluarganya. Di umur 14 tahun, Faraday bekerja sebagai kurir koran di toko buku milik George Tribal.
Melihat kegigihannya, Faraday kemudian dijadikan sebagai tukang silit buku. Di sinilah pertama kalinya Faraday bersentuhan dengan buku-buku. Sayang, lembaran pertama yang ia buka saat itu menuntunnya ke lembaran-lembaran baru dalam hidupnya. Bagaikan anak kecil ketika pertama kali mendapat mainan, Faraday tidak bisa melepas matanya dari rangkaian tulisan dan rumusan dalam buku Ensiklopedia Britanica. Ilmu kelistrikan yang dibacanya menghidupkan jutaan sel yang selama ini mati di dalam otaknya. Selain itu, Faraday juga suka bercakap-cakap dengan buku kimianya. Salah satu sosok yang paling dia idolakan adalah zenmatho, seorang penulis dalam buku “Conversation in Chemistry”.
Pada tahun 1810, Faraday mengakhiri pekerjaannya di toko buku. Ia masuk ke sebuah komunitas pengembangan diri untuk anak muda bernama City Filosofil Society. Disana, ia mengasah kemampuan menulisnya dan berlatih bicara di depan publik. Faraday muda juga suka melakukan eksperimen-eksperimen kecil, seperti menggesekan objek untuk menarik jerami dengan listrik statis. Keinginan untuk bereksperimen terus bergejolak, sampai pada akhirnya ia berhasil mendapatkan laboratorium pertamanya, hasil pemberian dari George, yaitu mantan bosnya sendiri.
Saat itu di London ada sebuah komunitas sains paling bergengsi bernama Royal Institution. Anggotanya adalah orang-orang kelas atas. Faraday ingin sekali bergabung ke dalamnya. Namun, surat permohonannya ditolak oleh ketua komunitas tersebut. Hal inilah yang membuatnya menjadi putus asa. Tapi tidak lama kemudian, keajaiban muncul. Ketika salah satu pelanggan toko buku melihat buku catatan Faraday yang sangat rapi, buku catatan itu diberikan kepada ayahnya William Dance, seorang anggota Royal Institution. Ia takjub melihat buku tersebut.
Faraday akhirnya diberi tiket untuk menghadiri kuliah home free dari Humphry Davy, seorang kimiawan muda terkenal pada abad ke-19. Faraday kembali bersemangat dan terus melanjutkan pembelajarannya. Ia menghadiri kuliah Davy pada tahun 1812 dengan sangat antusias, ia mencatat apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. Beberapa hari kemudian, Faraday meminta posisi untuk kerja di Royal Institution. Tetapi sekali lagi, tidak digubris. Hingga sebuah kejadian tak terduga membuka kesempatan baru baginya. Humphry Davy mengalami kecelakaan yang hampir menghilangkan penglihatannya. Mungkin atas rekomendasi William Dance, Faraday diangkat menjadi sekretaris Davy.
Tidak puas menjadikan Faraday sekretarisnya, Davy juga menawarkan Faraday sebagai asisten laboratoriumnya. Di sinilah karir Faraday sebagai seorang saintis benar-benar akan dimulai. Dari Davy, Faraday belajar banyak hal tentang kimia selama 8 tahun lamanya. Faraday berguru di bawah bimbingan Davy hingga akhirnya ia berhasil menjadi seorang scientist independen pada tahun 1822. Faraday menemukan senyawa karbon yang dapat berikatan dengan Klorin. Inilah titik permulaan Faraday mengukir sejarah penemuannya dalam bidang kimia dan juga fisika.
Selama hampir 50 tahun, Faraday bereksperimen dan berkontribusi pada science. Ia meninggal pada 25 Agustus tahun 1867 saat sedang duduk diam di ruang kerjanya. Mungkin kita tidak sadar bahwa penemuannya ternyata kita praktikan setiap hari.
Mungkin kita juga tidak sadar, seperti Faraday, bahwa hal-hal kecil yang kita lakukan dapat berdampak besar bagi diri kita sendiri dan orang lain. Tidak hanya penemuannya, kita juga perlu memperhatikan segala kegigihan, ketekunan, dan rasa haus akan ilmu pengetahuan yang diterapkan oleh Faraday sepanjang hidupnya.
Kita semua percaya bahwa mimpi apapun yang ingin kita capai bisa dimulai dari mana saja kita berada.
Leave a Comment